Sejak kecil kita diajarkan untuk
menabung. Menabung dipercaya sebagai proses paling dasar dari investasi. Uang
yang telah ditabungkan dapat digunakan untuk membeli barang atau memenuhi
kebutuhan di masa yang akan datang. Seringkali hasil tabungan digunakan untuk
berinvestasi pada aset lain atau membuka usaha. Benarkah demikian? Jika ada
yang bertanya, apakah musuh paling utama dalam investasi, maka akan banyak ahli
keuangan diluar sana yang akan berpendapat bahwa musuh utama investasi adalah inflasi.
Bayangkan Anda baru saja mendapatkan uang bunga dari deposito yang sebesar 9%
per tahun, sedangkan laju inflasi mencapai 12% per tahun. Jangankan deposito
Anda berkembang, yang ada Anda kehilangan nilai karena inflasi menurunkan daya
beli uang. Tidak ada yang lebih menakutkan dari kata inflasi. Apa sebenarnya inflasi?
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara menyeluruh selama
rentang waktu tertentu. Misalkan harga cabe di tahun 2005 adalah Rp. 15.000
per kilogram sedangkan di tahun 2010 mencapai Rp. 75.000 per kilogram. Tidak
hanya komoditas cabe yang mengalami kenaikan harga tetapi seluruh barang dan
jasa. Inilah yang disebut inflasi. Implikasi dari adanya inflasi adalah turunnya
nilai beli uang. Artinya dengan nominal uang yang sama semakin sedikit
barang dan jasa yang dapat Anda beli. Inflasi memang tidak dapat dihindari,
kita tidak akan pernah dapat menuntut pemerintah untuk menghilangkan inflasi,
sekadar menekan pun sudah sangat sulit. Tetapi kita bisa melakukan sesuatu guna
melawan inflasi. Dapatkah kita menggunakan karakteristik emas logam mulia guna
membantu diri kita menghadapi ketidakpastian ekonomi global, perubahan
kebijakan politik atau tekanan inflasi? Jawabanya : YA, Anda bisa
menggunakannya. Dengan sedikit perubahan sudut pandang, Anda akan menemukan
bahwa mudah sekali mempertahankan diri dari serangan inflasi dan ketidakpastian
ekonomi (baik lokal maupun global). Perhatikan ilustrasi dibawah ini. Ilustrasi
ini menggunakan data-data yang sebenarnya, sehingga Anda akan mendapatkan
gambaran mendekati kenyataan. Pada tahun 2008 harga sebuah mobil All New Vios E
M/T adalah Rp. 175.800.000. Pada tahun 2011 harga sebuah mobil All New Vios E
M/T adalah Rp. 212.400.000. Berdasarkan data diatas masing-masing mobil telah mengalami
kenaikan yang cukup signifikan, yakni Rp 36.600.000. Katakanlah Anda ingin
membeli sebuah mobil Vios di tahun 2008 namun Anda belum mempunyai cukup dana.
Setelah menabung selama tiga tahun, Anda berhasil mengumpulkan uang sebanyak
Rp. 175.800.000. Ternyata harga mobil sudah melonjak menjadi Rp. 212.400.000
Anda pun kembali gagal membeli mobil impian Anda. Ini sering terjadi bila Anda menabung
secara konvensional yakni melalui tabungan biasa atau deposito. Bagaimana
seandainya Anda merubah uang yang Anda tabungkan dalam bentuk emas
logam mulia? Mari perhatikan ilustrasi berikut ini, masih dengan kasus
mobil Toyota Vios diatas. Pada tahun 2008 harga sebuah mobil All New Vios E M/T
adalah Rp 175.800.000. Harga emas logam mulia pada tahun 2008 adalah Rp 250.000
per gram (emas logam mulia sertifikat PT Antam, 99.99% ; 24 K). Untuk
memperoleh uang senilai Rp 175.800.000 maka Anda membutuhkan 703.2 gr emas
logam mulia dengan harga per gram Rp 250.000. Lalu selama tiga tahun Anda
menabung dalam bentuk emas logam mulia hingga mencapai 703.2gr emas logam
mulia. Padahal harga mobil All New Vios E M/T sudah mengalami kenaikan menjadi
Rp. 212.400.000. Dapatkah Anda membeli mobil impian Anda tersebut dengan
703.2gr emas yang telah Anda kumpulkan? Jawabannya adalah YA. Anda bisa
membelinya. Mengapa demikian? Karena harga emas logam mulia sertifikat PT.
Antam per 12 Mei 2011 adalah Rp. 420.500 per gram. Konversikan tabungan
emas Anda 703.2 gram emas kedalam rupiah dengan kurs Rp 420.500 per gram. (
703.2 x 420500 = 295.695.000) Tabungan emas logam mulia Anda bahkan melebihi
harga mobil baru Vios 2011 (Rp. 212.400.000). Anda bahkan mempunyai
"sisa" uang yang dapat Anda tabungkan atau belanjakan sesuai dengan
kebutuhan Anda. Dengan cara inilah emas logam mulia menjadi instrumen melawan
inflasi yang paling handal. Karena kenaikan harga emas selalu diatas tingkat
inflasi dan emas logam mulia merupakan komoditas dengan zero
inflation. Sementara uang kertas justru mengalami inflasi dan penurunan
daya beli. Setiap negara mengalami inflasi, dan disetiap negara, emas selalu berhasil
melawan tekanan inflasi. Berinvestasi berarti kita mengalihkan uang kita bentuk
aset dan berharap dimasa yang akan datang mendapatkan keuntungan. Ilustrasi
diatas membantu kita melihat bahwa menabung tidak sama dengan berinvestasi.
Kita akan mudah kehilangan nilai uang yang kita tabungkan akibat inflasi. Tetapi
tidak bila Anda berinvestasi dalam emas logam mulia. Ilustrasi diatas dapat
Anda terapkan pada banyak hal mulai dari kredit rumah, tabungan pendidikan
anak, sampai hal yang lebih sederhana seperti menabung untuk membeli motor.
source : kebunemas.pdf rully kustandar
source : kebunemas.pdf rully kustandar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar